Enter your keyword

Pengembangan Teknologi Pengolahan dan Pemodelan Data Seismik Anisotropi untuk Meningkatkan Rasio Keberhasilan Eksplorasi Laut Dalam

Pengembangan Teknologi Pengolahan dan Pemodelan Data Seismik Anisotropi untuk Meningkatkan Rasio Keberhasilan Eksplorasi Laut Dalam

Riset ITB – Pertamina RTC

 

Seiring dengan target lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari oleh Pemerintah melalui SKK Migas pada tahun 2030 merupakan suatu tantangan yang harus dijawab oleh Pertamina sebagai BUMN. Hal ini mendorong Pertamina untuk segera melakukan inovasi untuk dapat segera meningkatkan produksi pada lapangan yang sudah mature dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) ataupun eksplorasi untuk menemukan cadangan baru.

 

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia saat ini memiliki 128 cekungan migas dan 71 di antaranya atau lebih dari 50% berada di wilayah timur Indonesia. Potensi migas di Indonesia timur ini sangat besar dan belum tereksplorasi secara maksimal dibandingkan dengan wilayah barat Indonesia yang memasuki fase brown field. Tantangan eksplorasi di Indonesia Timur selain infrastruktur yang terbatas dan kondisi alam yang sulit, kondisi geologi bawah permukaan yang cukup kompleks pun menjadi tantangan tersendiri untuk dijawab oleh kita semua.

 

Keberhasilan eksplorasi migas sangat dipengaruhi oleh kemampuan pencitraan geologi bawah permukaan berdasarkan data seismik. Selama ini kita mengasumsikan kondisi bawah permukaan bumi kita sebagai suatu objek yang isotropi sedangkan pada kenyataannya obyek geologi bawah permukaan selalu bersifat anisotropi, oleh karena itu kualitas data seismik sangat dipengaruhi oleh keakuratan parameter anisotropi yang dipergunakan saat pengolahan maupun pemodelan data seismik tersebut. Penggunaan parameter anisotropi yang tidak tepat mengakibatkan dihasilkannya data seismik yang berkualitas buruk, seismik well-tie  yang tidak akurat, dan pemodelan serta interpretasi yang salah dari data seismik tersebut. Hal ini yang menjadi latar belakang proposal riset mengenai anisotropi yang diajukan oleh Prof. Sigit Sukmono sebagai ketua tim peneliti yang juga ketua Kelompok Keahlian Seismologi Eksplorasi dan Rekayasa (SER) FTTM ITB kepada Pertamina RTC pada tahun 2018.

 

Proposal riset yang berjudul “Pengembangan Teknologi Pengolahan dan Pemodelan Data Seismik Anisotropi untuk Meningkatkan Rasio Keberhasilan Eksplorasi Laut Dalam” kemudian diterima oleh Pertamina RTC. Riset Pertamina – RTC dan ITB merupakan riset multi-years selama 3 tahun yang berkesinambungan dimulai pada tahun 2019. Pertamina RTC bekerjasama dengan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) memberikan data lapangan Sadewa sebagai studi kasus yang akan diteliti. Riset ini berfokus pada tiga bagian yaitu Geology dan Rock Physics, Metode CRS untuk mendapatkan anisotropi dari data seismik dan Full Waveform Inversion (FWI). Sebagai PIC Geology dan Rock Physics adalah Prof. Sigit Sukmono dan Dr. T.A Sanny. Dr. Wahyu Triyoso adalah PIC pada bagian Metode CRS  dan PIC bagian FWI adalah Ignatius Sonny Winardhi Ph.D.

 

 

Gambar 1 Kunjungan Tim ITB dan Pertamina RTC ke Pulau Penajam Kalimantan untuk pengambilan Sampel

 

Tahun pertama riset ini lebih berfokus kepada pengukuran dan penghitungan nilai parameter anisotropi dari data conto-batuan dan log. Gambar 1 memperlihatkan kunjungan tim ITB dan Pertamina RTC ke Pulau Penajam Kalimantan dalam rangka pengambilan sampel conto batuan. Tahun kedua seluruh tim riset ini mulai bekerja yaitu Tim Metode CRS yang mencoba mendapatkan parameter anisotropi dari seismik melalui sectoral azimuth dan melihat velocity fast dan slow berdasarkan azimuth tersebut, melakukan pengolahan dan pemodelan data seismik untuk meningkatkan rasio S/N dan memperbaiki citra dari data seismik. Gambar 2 mengilustrasikan koreksi offset jauh dengan ETA anisotropi untuk mengurangi efek hockey stick pada media VTI. Tim FWI memulai dengan mengembangkan algoritma dan code kemudian melakukan validasi dengan mengaplikasikannya dan pada data seismik 2D sintetik dan data real lapangan Sadewa. Pada tahun ketiga riset,  fokus diutamakan kepada integrasi untuk memperoleh parameter anisotropi yang paling akurat untuk dapat meningkatkan rasio S/N data seismik.

 

Gambar 2 Koreksi offset jauh dengan ETA anisotropi untuk mengurangi efek hockey stick pada media VTI

 

Pada saat artikel ini ditulis, riset berada pada akhir tahun ke-2 dimana proses pengukuran seluruh conto-batuan telah selesai, proses pencarian parameter anisotropi dari data seismik juga telah memodelkan efek anisotropi untuk membandingkan dengan kondisi real pada data lapangan dan algoritma dan code 2D FWI telah selesai dan hasil validasi menggunakan data seismik sintetik menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Gambar 3 menunjukkan aplikasi FWI pada data sintetik Marmousi. Hal ini tidak terlepas dari partisipasi seluruh anggota Kelompok keahlian Seismologi Eksplorasi dan Rekayasa yang terlibat pada riset ITB-Pertamina RTC. Semoga seluruh target dari rencana riset dapat dipenuhi dan memberikan kontribusi untuk mempercepat dan meningkatkan eksplorasi migas khususnya pada laut dalam.

 

Gambar 3 Aplikasi FWI pada data sintetik Marmousi

X